Pusing Hadapi Orang yang Selalu Ngerasa Paling Benar? Baca Ini Deh!

ardipedia.com – Pernah nggak sih kamu lagi diskusi, entah itu di kantor, di tongkrongan, atau sama keluarga, terus ada satu orang yang kayaknya nggak mau kalah? Apa pun argumen kamu, dia selalu punya bantahan, seakan-akan cuma dia yang paling tahu segalanya. Setiap obrolan yang harusnya seru jadi berasa kayak perdebatan yang menguras energi. Buat kamu yang pengen banget bisa komunikasi dengan baik dan menjaga hubungan biar tetap harmonis, menghadapi orang kayak gini itu emang tantangan banget.

Artikel ini bakal ngajak kamu ngobrol santai soal gimana sih caranya menghadapi orang yang kayak gini tanpa harus bikin hubungan jadi renggang. Kita bakal kupas tuntas strategi-strategi cerdas yang bisa kamu pakai biar diskusi kamu tetap kondusif, dan yang paling penting, kamu nggak perlu ngerasa jadi pecundang. Dengan pendekatan yang pas, perbedaan pendapat itu justru bisa jadi kesempatan buat belajar, bukan sumber konflik yang tiada akhir. Yuk, kita mulai!

Kenapa Ada Orang yang Suka Merasa "Paling Benar"?

Sebelum kita tahu gimana cara menghadapinya, penting banget buat kita paham dulu kenapa sih seseorang bisa punya sifat kayak gitu. Percaya deh, di balik sikap yang kaku itu, ada banyak hal psikologis yang terjadi. Dengan memahami alasan ini, kita bisa lebih berempati dan nggak langsung nge-cap dia sebagai "orang nyebelin".

Banyak orang yang bersikap sok tahu dan keras kepala itu sebenarnya punya rasa nggak aman yang tersembunyi. Sikap sombongnya itu cuma mekanisme pertahanan. Di dalam hati, dia mungkin takut banget kalau kelemahannya ketahuan. Bisa jadi di masa lalu, pendapat dia sering diabaikan atau diremehkan, jadi sekarang dia ngerasa harus membuktikan diri biar nggak kelihatan rapuh.

Terus, pengaruh lingkungan dan didikan juga punya peran besar. Coba deh bayangin, kalau dari kecil dia dididik di lingkungan yang mengedepankan hierarki atau otoritas, di mana pendapat dari orang yang lebih senior itu nggak boleh diganggu gugat. Akhirnya, dia tumbuh dengan kebiasaan nggak mau dengerin orang lain. Buat dia, menerima kritik itu sama aja kayak menentang norma yang udah dia yakini.

Terakhir, bisa jadi karena pengalaman sukses di masa lalu. Kalau dia pernah berhasil dengan cara berpikirnya yang kaku, dia bakal punya keyakinan yang kuat banget kalau cara itu adalah satu-satunya yang benar. Dia jadi nggak mau lagi dengar masukan dari orang lain karena dia percaya, pengalamannya adalah bukti paling nyata.

Memahami hal-hal ini nggak berarti kamu harus setuju sama sikapnya, tapi ini bisa bikin kamu lebih tenang dan nggak gampang emosi. Kamu jadi tahu, oh ternyata ada alasan di balik sikap dia.

Strategi Cerdas Hadapi Orang yang Sulit Dikasih Tahu

Nah, setelah kamu paham alasannya, sekarang waktunya kita bahas strategi-strategi jitu buat menghadapinya. Ini bukan soal menang atau kalah, tapi soal gimana caranya kamu bisa tetap jaga hubungan baik dan komunikasi tetap lancar.

Dengerin Dulu Sampai Selesai, Jangan Dipotong. Langkah pertama yang paling ampuh adalah diam dan dengarkan. Serius, dengerin aja dulu. Orang yang selalu merasa benar itu butuh banget didengarkan. Kalau kamu langsung nyela, dia akan merasa diserang dan sikapnya bakal makin defensif. Biarin aja dia ngomong sampai selesai. Setelah itu, baru kamu bisa bilang, "Saya ngerti kok apa yang kamu maksud," atau "Itu sudut pandang yang menarik juga." Dengan cara ini, dia bakal ngerasa dihargai, dan ruang buat dialog yang lebih produktif pun jadi terbuka.

Lempar Pertanyaan Aja, Biar Dia Mikir. Ini trik yang jitu banget. Alih-alih langsung bilang, "Kamu salah," coba deh kamu lempar pertanyaan yang bikin dia berpikir lagi. Tanyakan "Kenapa?" atau "Gimana caranya kamu bisa sampai ke kesimpulan itu?" Misalnya, "Apa yang bikin kamu yakin banget kalau metode itu yang paling bagus?" atau "Ada nggak data yang bisa mendukung pendapat kamu?" Dengan pertanyaan, kamu nggak terkesan nyerang, tapi justru ngajak dia buat ngejelasin argumennya lebih dalam. Siapa tahu, pas dia ngejelasin, dia jadi sadar kalau ada celah di pemikirannya.

Santai, Jangan Ikut Kebawa Emosi. Ini kunci utamanya. Menghadapi orang yang keras kepala bisa banget mancing emosi kamu. Tapi, kalau kamu ikut-ikutan emosi, diskusi bakal langsung berubah jadi perdebatan yang nggak sehat. Jadi, kalau kamu ngerasa situasi mulai memanas, tarik napas dalam-dalam. Ambil jeda sejenak buat nenangin diri. Hindari pakai kata-kata yang menyerang kayak "Kamu salah" atau "Nggak masuk akal". Fokus aja sama masalahnya, bukan sama orangnya. Ketenangan kamu justru bakal nunjukin kalau kamu lebih dewasa, dan itu bisa bikin situasi jadi lebih adem.

Sodorin Bukti dan Fakta. Kalau pendapat kalian cuma berdasarkan asumsi, diskusi nggak akan pernah selesai. Di sini, kamu bisa bawa fakta atau data yang valid. Sajikan informasi yang relevan dari sumber yang terpercaya. Misalnya, "Menurut riset dari [sumber], metode A itu bisa naikin efisiensi sampai 30%." atau "Gue pernah baca di [website], ada ilustrasi kasus yang mirip kayak gini..." Dengan begini, diskusi jadi lebih objektif dan nggak lagi adu emosi. Ini bikin dia nggak punya pilihan selain mempertimbangkan fakta yang kamu kasih.

Kalau Udah Panas, Stop Dulu! Nggak semua perdebatan harus selesai dalam satu waktu. Kalau diskusi udah nggak produktif dan emosi udah di ubun-ubun, bijak banget kalau kamu bilang, "Kayaknya diskusi kita hari ini udah cukup tegang, ya? Gimana kalau kita istirahat dulu, terus lanjutin lagi besok?" atau "Gue rasa kita beda pendapat di sini, dan itu nggak apa-apa kok. Mungkin kita bisa bahas lagi nanti." Menentukan batas waktu kayak gini bisa ngasih ruang buat kalian berdua mikir dengan kepala dingin, jadi nggak ada pihak yang merasa kalah.

Cari Jalan Tengah, Biar Sama-Sama Enak. Meski kalian beda pendapat, pasti ada kok satu atau dua poin yang kalian setujui. Coba deh cari kesamaan atau tujuan bersama yang bisa jadi dasar buat kolaborasi. Misalnya, kalian sama-sama pengen proyek itu selesai tepat waktu, kan? Nah, fokus aja ke tujuan itu. Gunakan kata-kata yang kolaboratif kayak "kita" atau "bareng-bareng", biar dia ngerasa kamu bukan musuh, tapi partner. Pendekatan ini bisa bikin dia lebih terbuka buat dengerin ide kamu.

 


 

Contoh Kejadian di Kantor dan Tongkrongan

Biar kamu lebih kebayang, kita pakai contoh di kehidupan sehari-hari, ya.

Di Kantor: Bayangin kamu lagi diskusi sama tim soal strategi marketing. Ada satu rekan kerja yang yakin banget kalau strateginya itu paling jitu, meskipun data dari riset pasar nunjukin sebaliknya.

Pendekatan: Kamu bisa dengerin dia sampai selesai, biar dia ngerasa didengar. Lalu, kamu tanyain, "Gimana kalau kita bandingin data kita dengan hasil riset terbaru yang gue temuin? Siapa tahu ada hal baru yang kita belum lihat." Dengan begitu, kamu nggak langsung bilang dia salah, tapi ngajak dia buat sama-sama melihat bukti. Ini membuat diskusi jadi lebih sehat.

Di Tongkrongan: Di tongkrongan, sering banget ada teman yang paling tahu soal isu politik atau sosial. Apa pun yang kamu bilang, dia pasti punya bantahan.

Pendekatan: Jangan langsung adu argumen. Kamu bisa alihkan ke cerita. Misalnya, "Gue pernah baca cerita dari teman yang ngalamin langsung, kayaknya apa yang kamu bilang itu ada benarnya juga, tapi ada sisi lain yang perlu kita lihat." Atau, kamu bisa setujui buat nggak sepakat. "Kayaknya kita punya pandangan beda soal ini, dan itu nggak apa-apa kok. Tapi, gue appreciate banget cara pandang kamu." Ini nunjukin kalau kamu dewasa dan tetap menghargai dia sebagai teman.

Manfaatnya Banyak Banget, Lho!

Menerapkan strategi ini bukan cuma bikin kamu jadi jagoan dalam debat, tapi juga kasih banyak manfaat buat kehidupan kamu.

Pertama, kualitas komunikasi kamu meningkat. Kamu jadi lebih jago dengerin orang, lebih pinter ngasih argumen, dan bisa nyari solusi yang tepat. Kedua, konflik yang nggak perlu bisa dihindari. Hubungan kamu, baik itu di kantor atau di pergaulan, jadi lebih awet dan harmonis.

Ketiga, ini bisa jadi peluang buat tumbuh. Dialog yang terbuka itu bikin kamu dapat ide-ide baru dan ngembangin kreativitas. Dan yang terakhir, relasi kamu jadi lebih kuat. Pendekatan yang empati bikin orang di sekitar kamu ngerasa dihargai, yang akhirnya bikin hubungan kamu sama mereka jadi lebih erat.

Kesimpulannya,

Menghadapi orang yang selalu merasa benar itu emang nggak gampang. Tapi, dengan strategi yang tepat—mulai dari dengerin dengan empati, ngasih pertanyaan yang bikin dia mikir, tahan diri dari emosi, sampai nyari jalan tengah—kamu bisa ngubah perbedaan pendapat jadi kesempatan buat tumbuh dan belajar bareng.

Sebagai pria yang pengen punya hubungan yang harmonis dan komunikasi yang efektif, kuncinya adalah sabar dan terbuka. Jangan pernah takut buat dengerin sudut pandang orang lain. Setiap interaksi itu pelajaran, dan di dunia yang terus berubah ini, kemampuan kamu buat beradaptasi dan menjaga komunikasi yang sehat adalah modal paling penting.

Ingat, setiap orang itu punya latar belakang dan alasan kenapa dia berpikir seperti itu. Dengan menghadapi perbedaan secara dewasa, kamu nggak cuma bantu nyelesaiin konflik, tapi juga bikin lingkungan di sekitar kamu jadi lebih positif. Teruslah belajar dan tumbuh, karena setiap langkah kecil menuju komunikasi yang lebih baik itu adalah investasi jangka panjang buat masa depan yang lebih baik.

 

image source : Unsplash, Inc. 

Gas komen di bawah! Santai aja, semua komentar bakal kita moderasi biar tetap asyik dan nyaman buat semua!

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال