ardipedia.com – Di media sosial, kita sering banget liat fenomena orang-orang yang berbondong-bondong "hijrah". Ada yang tiba-tiba pakai gamis atau jilbab syar'i, ada yang sering posting quotes agama, atau ada yang ganti gaya hidupnya jadi lebih religius. Fenomena ini jadi keren, bahkan kayak tren. Tapi, di balik itu semua, pernah nggak sih kamu ngerasa kalau hijrah ini cuma kayak ikut-ikutan aja? Kayak FOMO, Fear of Missing Out, karena semua orang melakukannya?
Istilah hijrah ini jadi sangat populer, tapi makna sebenarnya seringkali jadi kabur. Banyak yang mikir kalau hijrah itu cuma soal penampilan. Padahal, ganti penampilan aja nggak cukup kalau hatinya masih sama. Ganti baju aja nggak bisa jadi jaminan kalau kita udah jadi pribadi yang lebih baik. Hijrah itu lebih dari sekadar gaya, hijrah itu soal makna.
Di artikel ini, gue mau ajak kamu buat kupas tuntas, apa sih arti hijrah yang sebenarnya? Bukan cuma yang terlihat di permukaan, tapi yang benar-benar bisa mengubah hidup kamu. Karena hijrah itu bukan destinasi, tapi sebuah perjalanan yang butuh proses dan niat yang tulus.
Hijrah Bukan Cuma Soal Penampilan
Hijrah dalam bahasa Arab artinya berpindah. Kalau kita ngomongin hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah, itu adalah perpindahan fisik yang sangat besar. Tapi, hijrah yang kita lakukan di zaman sekarang ini bukan cuma soal perpindahan tempat. Hijrah itu adalah perpindahan dari satu kondisi ke kondisi lain yang lebih baik.
Misalnya, hijrah dari yang tadinya sering marah-marah jadi lebih sabar. Hijrah dari yang tadinya jarang shalat jadi shalat lima waktu. Hijrah dari yang tadinya suka ngomongin orang jadi lebih jaga lisan. Hijrah itu adalah perbaikan diri. Dan perbaikan diri itu nggak harus diumumkan ke semua orang.
Banyak yang mikir kalau hijrah itu harus drastis dan langsung sempurna. Padahal, hijrah itu butuh proses. Kamu nggak bisa tiba-tiba jadi sempurna dalam semalam. Ada kalanya kamu bakal jatuh, bakal salah, atau bakal balik lagi ke kebiasaan lama. Tapi, yang paling penting adalah, kamu nggak menyerah. Kamu terus coba bangkit dan memperbaiki diri.
Hijrah itu kayak upgrade diri. Kamu upgrade diri kamu dari versi yang kurang baik ke versi yang lebih baik. Dan upgrade itu nggak cuma dari luar, tapi juga dari dalam. Dari cara kamu berpikir, cara kamu bersikap, dan cara kamu berinteraksi sama orang lain.
Hijrah Itu Soal Niat yang Tulus
Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini adalah pondasi utama dalam berhijrah. Niat itu ibarat mesin penggerak. Kalau niat kamu hijrah cuma karena pengen dibilang shalih atau shalihah, pengen dapat like di media sosial, atau karena ikut-ikutan teman, maka hijrah kamu nggak akan bertahan lama. Kamu bakal gampang menyerah saat ada godaan atau saat nggak ada yang ngeliat.
Niat yang benar itu adalah hijrah karena Allah. Kamu mau jadi pribadi yang lebih baik karena kamu sadar, hidup ini cuma sementara dan kamu pengen hidup kamu punya makna. Kamu ingin lebih dekat sama Allah. Niat ini yang akan bikin kamu kuat, bahkan saat kamu sendirian.
Gue pernah denger cerita, ada orang yang hijrah karena putus cinta. Awalnya, dia ngerasa hijrah itu jadi pelarian. Tapi, seiring berjalannya waktu, dia mulai merasakan ketenangan dalam ibadah. Dia nggak lagi fokus sama mantannya, tapi fokus sama dirinya sendiri. Niatnya pun berubah, yang tadinya cuma karena putus cinta, jadi karena dia benar-benar pengen jadi pribadi yang lebih baik. Ini nunjukin kalau niat itu bisa berubah, tapi yang paling penting, niat itu harus tulus.
Tantangan Hijrah di Era Digital
Di era digital ini, tantangan hijrah itu beda banget. Godaannya banyak banget, mulai dari toxic positivity sampai perbandingan yang nggak ada habisnya. Kita lihat orang lain posting quotes religius, kita jadi merasa harus posting juga biar keliatan shalih. Kita lihat orang lain pakai outfit syar'i, kita jadi merasa harus punya juga biar nggak ketinggalan.
Padahal, hijrah itu nggak harus diumbar-umbar. Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita untuk merahasiakan amal kebaikan, terutama yang bersifat pribadi. Karena keikhlasan itu adanya di hati, bukan di feeds media sosial. Kalau kamu hijrah, lakukan aja dengan niat yang tulus. Nggak usah peduliin omongan orang. Biarlah Allah yang jadi saksi perjalanan hijrah kamu.
Tantangan lainnya adalah, kita seringkali jadi terlalu keras sama diri sendiri. Kalau kita bikin salah sedikit, kita langsung merasa "hijrah gue gagal". Padahal, hijrah itu proses yang naik-turun. Allah SWT itu Maha Pengampun. Kalau kamu jatuh, bangkit lagi. Nggak usah nunggu sempurna buat memulai. Mulai aja dari sekarang, dari hal kecil.
Misalnya, kamu bisa mulai dari shalat tepat waktu. Kalau udah bisa, coba tambah dengan shalat sunnah. Kalau udah bisa, coba baca Al-Qur'an satu halaman per hari. Hijrah itu kayak tangga, kamu naik satu per satu. Nggak perlu langsung loncat ke puncak.
Hijrah yang Bermanfaat untuk Orang Lain
Hijrah itu nggak cuma soal diri sendiri, tapi juga soal orang lain. Hijrah yang baik itu adalah hijrah yang bisa memberikan manfaat untuk lingkungan sekitar. Kalau kamu hijrah, tapi kamu jadi sombong, jadi suka nge-hakimi orang lain, atau jadi nggak ramah, itu namanya bukan hijrah. Itu cuma ganti penampilan aja.
Nabi Muhammad SAW adalah contoh terbaik dalam hal ini. Setelah hijrah, beliau nggak cuma fokus sama diri beliau sendiri. Beliau membangun persaudaraan, membantu orang yang kesusahan, dan menyebarkan kebaikan ke semua orang, bahkan kepada orang yang beda agama.
Pelajaran buat kita adalah, kalau kamu hijrah, jadikan dirimu sebagai contoh yang baik. Tunjukkan ke orang lain kalau hijrah itu bikin hidup lebih bahagia, lebih tenang, dan lebih bermanfaat. Nggak usah ngomongin mereka atau nge-hakimi. Cukup dengan jadi pribadi yang baik, kamu udah menyebarkan dakwah yang paling efektif.
Hijrah itu bukan cuma mengubah diri kamu, tapi juga mengubah orang-orang di sekitarmu. Dengan akhlak yang baik, kamu bisa jadi inspirasi buat mereka yang lagi nyari jalan.
Penutup
Jadi, hijrah itu bukan cuma tren, bukan cuma soal penampilan, dan bukan cuma soal ikut-ikutan. Hijrah itu adalah perbaikan diri yang tulus, yang niatnya cuma karena Allah. Hijrah itu adalah sebuah perjalanan yang butuh kesabaran dan keikhlasan.
Nggak perlu takut kalau hijrah kamu nggak sempurna. Nggak perlu takut kalau kamu jatuh. Yang paling penting, teruslah berjalan. Karena setiap langkah yang kamu ambil, setiap kebaikan yang kamu lakukan, itu dicatat sama Allah. Semoga kita semua bisa istiqamah dalam hijrah dan jadi pribadi yang lebih baik.
image source : iStock