Cowok Juga Boleh Nangis Kok: Kenapa Pria Sering Abai Sama Kesehatan Mentalnya?

ardipedia.com – Coba kamu bayangin, hari ini kamu lagi dikejar deadline di kantor, terus tiba-tiba ada masalah di rumah. Rasanya kayak lagi di tengah badai, tapi kamu harus tetap kelihatan tegar, kuat, dan enggak boleh nunjukkin kalau kamu lagi rapuh. Frasa kayak "Cowok kan harus kuat," atau "Jangan cengeng," sering banget kita denger dari kecil. Akibatnya, kita jadi mikir kalau nunjukin emosi itu tanda kelemahan. Padahal, di balik mental "kuat" ini, ada satu hal yang krusial tapi sering kita abaikan: kesehatan mental.

Topik kesehatan mental pria itu kayak bom waktu yang meledak dalam diam. Banyak dari kita yang ngerasa malu buat cerita kalau lagi stres, cemas, atau depresi. Kita takut dicap lemah, enggak kompeten, atau enggak dihormati lagi. Rasa malu ini yang bikin kita memendam masalah sampai akhirnya meledak. Angka statistik global bahkan nunjukin kalau tingkat bunuh diri pria lebih tinggi dari wanita, meskipun wanita lebih sering didiagnosis depresi. Ini bukti kalau banyak dari kita yang diam-diam berjuang sendirian.

Artikel ini adalah panggilan buat kamu. Gue bakal membahas kenapa kita sering mengabaikan kesehatan mental kita sendiri, apa aja sinyal-sinyalnya yang sering kita salah artikan, dan yang paling penting, gimana cara kita bisa berani ngadepinnya. Ini bukan cuma soal teori, tapi soal keberanian buat ngakuin kalau kita lagi enggak baik-baik aja. Karena kekuatan seorang pria itu juga ada di keberaniannya buat minta tolong.

Kenapa Kita Sering Diam?

Ada banyak faktor yang bikin kita jadi diam dan enggak mau cerita soal masalah kita.

1. "Cowok Kan Gak Boleh Nangis"

Ini adalah norma sosial yang paling dominan. Dari kecil, kita sudah didoktrin buat bersikap kuat, mandiri, dan enggak boleh nunjukkin emosi kayak sedih atau takut. Frasa kayak "pria enggak boleh nangis" itu kayak tembok tebal yang bikin kita enggak nyaman buat ngungkapin perasaan kita. Akhirnya, kita memendam semuanya sendiri, sampai jadi luka yang enggak kelihatan.

2. Cara Kita Ngungkapin Stres Itu Beda

Pria itu sering ngungkapin masalah kesehatan mentalnya beda dari wanita. Alih-alih sedih atau nangis, kita malah:

Jadi gampang marah atau iritabel. Meledak-ledak cuma karena hal sepele.

Mengisolasi diri. Menarik diri dari teman dan keluarga, dan lebih milih buat nyendiri.

Melakukan hal-hal berisiko. Kayak ngebut-ngebutan di jalan, minum alkohol berlebihan, atau judi. Ini cara kita buat ngalihin rasa sakit di dalam diri kita.

Mengeluh gejala fisik. Daripada ngakuin kalau kita lagi stres, kita lebih milih ngeluh sakit kepala, sakit perut, atau badan gampang capek.

Karena ekspresi ini enggak sesuai sama gambaran umum depresi, kita sendiri atau orang di sekitar kita jadi enggak sadar kalau kita lagi punya masalah.

3. Tekanan buat Jadi "Tulang Punggung"

Beban buat jadi pencari nafkah utama, pelindung, dan penyelesai masalah itu berat banget. Kalau ada masalah di kantor atau keuangan, kita jadi merasa gagal sebagai cowok. Tekanan ini yang bisa bikin kita merasa enggak berharga atau putus asa.

4. Lingkaran Pertemanan yang Dangkal

Persahabatan pria itu seringkali dibangun di atas aktivitas, kayak olahraga atau hobi. Jarang banget kita ngobrol dari hati ke hati atau cerita soal masalah pribadi. Ini yang bikin kita ngerasa enggak punya tempat buat curhat dan akhirnya memendam semuanya sendirian.

Alarm Senyap di Badan dan Perilaku Kita

Masalah kesehatan mental itu enggak cuma ada di pikiran, tapi juga ngasih sinyal di badan dan perilaku kita. Kamu harus peka sama sinyal-sinyal ini, baik di dirimu sendiri atau di teman-temanmu.

Sinyal yang Kelihatan di Perilaku

Gampang marah: Kalau kamu atau temanmu gampang banget meledak-ledak cuma karena hal sepele, itu bisa jadi sinyal.

Menghilang dari pergaulan: Kalau kamu atau temanmu jadi jarang nongkrong atau enggak mau diajak keluar, itu bisa jadi tanda kalau dia lagi berjuang.

Hilang minat: Kalau kamu atau temanmu jadi enggak tertarik lagi sama hobi yang dulunya disukai banget, itu bisa jadi sinyal bahaya.

Pola tidur dan makan yang berubah: Sulit tidur atau tidur berlebihan. Makan jadi terlalu banyak atau terlalu sedikit.

Melakukan hal-hal berisiko: Kayak ngebut-ngebutan di jalan atau minum alkohol berlebihan.

Sinyal yang Kelihatan di Badan

Kelelahan kronis: Merasa capek terus-terusan, meskipun sudah tidur cukup.

Sakit kepala atau nyeri: Sering sakit kepala, sakit perut, atau nyeri di otot yang enggak jelas penyebabnya.

Penurunan gairah seksual: Ini juga bisa jadi sinyal kalau kamu lagi stres atau punya masalah di mental.

Perubahan berat badan: Berat badan naik atau turun secara drastis tanpa alasan yang jelas.

Ada satu sinyal paling bahaya yang enggak boleh kamu abaikan, yaitu pikiran atau omongan tentang kematian atau bunuh diri. Kalau kamu atau temanmu nunjukin sinyal ini, jangan pernah diremehin. Kamu harus langsung cari bantuan darurat, karena setiap menit itu berharga.


 

P3K Mental: Gimana Cara Ngadepinnya?

Mengatasi masalah kesehatan mental itu sebuah perjalanan. Kamu enggak harus ngelakuin semuanya sendirian.

1. Berani Ngakuin dan Ngomong

Ini adalah langkah pertama dan paling sulit. Kamu harus berani jujur sama dirimu sendiri kalau kamu lagi enggak baik-baik aja. Terus, cari orang yang kamu percaya buat diajak ngobrol. Bisa pasanganmu, teman dekat, atau keluarga. Jujur sama mereka itu enggak bikin kamu lemah, tapi bikin bebanmu jadi lebih ringan.

2. Pahlawan Itu Berani Minta Tolong

Enggak ada yang salah dengan minta tolong. Itu adalah tindakan keberanian dan kekuatan yang luar biasa. Kalau kamu ngerasa masalahmu terlalu berat buat diatasi sendiri, jangan ragu buat cari bantuan profesional. Kamu bisa cerita ke psikolog atau psikiater. Psikolog bakal bantu kamu lewat terapi bicara, sementara psikiater bisa ngasih kamu obat kalau dibutuhkan. Minta tolong itu sama kayak pas kamu sakit, terus kamu ke dokter. Itu adalah tindakan yang cerdas buat jaga kesehatanmu.

3. Hidup Sehat Itu Kunci

Kesehatan fisik dan mental itu nyambung banget. Kalau kamu punya badan yang sehat, mentalmu juga bakal lebih kuat. Kamu bisa mulai dengan olahraga teratur. Aktivitas fisik itu ngelepasin hormon endorfin yang bikin mood-mu jadi lebih baik. Terus, makan makanan yang sehat, dan yang paling penting, tidur yang cukup. Usahakan tidur 7-9 jam setiap malam, ya.

4. Kelola Stres dengan Benar

Stres itu kayak penguras energi. Kamu harus tahu apa yang bikin kamu stres, terus coba cari cara yang sehat buat ngeluariinnya. Kamu bisa coba meditasi, yoga, atau sekadar lakuin hobi yang kamu suka. Terus, kamu juga harus berani bilang "enggak" kalau ada tugas atau komitmen yang terlalu berlebihan.

Kesimpulannya,

Bagi kamu, para cowok, sudah saatnya kita ubah narasi seputar kesehatan mental. Mengakui kalau kamu lagi berjuang, minta tolong, dan ngelakuin langkah buat jaga kesehatan mentalmu itu bukan tanda kelemahan, tapi tindakan keberanian yang luar biasa.

Kamu punya kekuatan buat ngendaliin hidupmu. Jangan biarin stigma atau ekspektasi yang enggak realistis ngerusak kebahagiaanmu. Kamu pantas buat ngerasa baik, punya energi, dan hidup sepenuhnya. Setiap langkah kecil yang kamu ambil hari ini, itu adalah kemenangan. Dengan berinvestasi di kesehatan mentalmu, kamu enggak cuma ngebantu dirimu sendiri, tapi juga ngebuka jalan buat cowok-cowok lain buat berani lakuin hal yang sama.

 

 

image source : Unsplash, Inc.

Gas komen di bawah! Santai aja, semua komentar bakal kita moderasi biar tetap asyik dan nyaman buat semua!

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال