3 Alasan Kenapa Lo Belum Kaya Sampai Sekarang

ardipedia.com – Pernah nggak sih kamu lagi scroll di FYP TikTok atau Instagram, lihat teman sebaya sudah bisa traveling ke Eropa, beli gadget terbaru, atau bahkan sudah punya aset sendiri, terus tiba-tiba mikir, “Kok gue belum kaya-kaya, ya?” Feel ini wajar banget. Di era informasi yang serba cepat ini, feeling ketinggalan (FOMO) itu nyata. Tapi, jangan langsung self-loathing! Isu kaya atau finansial itu bukan sekadar masalah keberuntungan, tapi lebih ke pola pikir dan kebiasaan sehari-hari.

Kita nggak akan sok-sokan ngasih tahu cara instan jadi miliarder karena itu clickbait banget. Kita mau bahas tiga poin mendasar, kenapa progress finansial kamu terasa lambat. Ini bukan buat nge-hakimi atau bikin kamu merasa bersalah, justru ini buat jadi cek ombak (evaluasi) yang friendly dan insightful.

Siapin kopi, santai, dan mari kita bahas tiga hal yang mungkin (tanpa kamu sadari) jadi rem tangan di perjalanan kamu menuju kebebasan finansial.

Alasan Pertama, Mindset Kamu Masih Terjebak di Mode Konsumsi

Coba deh jujur dalam hati, kalau dapat gaji atau uang jajan tambahan, apa yang pertama kali kamu pikirkan? Kemungkinan besar, itu adalah belanja. Entah itu update outfit biar makin slay, beli skincare yang lagi viral, atau upgrade setup gaming. Intinya, uang masuk langsung diposisikan sebagai alat untuk konsumsi.

Pola pikir konsumtif ini bukan cuma tentang barang, tapi juga pengalaman. Check-in di kafe estetik tiap weekend demi konten, ikut semua event yang lagi hype, atau gonta-ganti langganan streaming tanpa sadar biaya bulanannya sudah numpuk.

Beda Orang Kaya dan Orang Biasa

Perbedaan mendasar antara orang yang growing secara finansial dan yang stagnan itu terletak pada cara mereka memandang uang. Bagi mereka yang financially independent, uang yang datang itu dilihat sebagai bibit. Bibit ini harus ditanam (investasi), dirawat (menabung), dan dibiarkan tumbuh jadi pohon (aset). Sedangkan bagi yang masih terjebak, uang dilihat sebagai es krim. Enak dinikmati saat ini juga, tapi cepat habis dan nggak meninggalkan bekas.


Gue pernah lho, ketemu orang yang pendapatannya lumayan tinggi, tapi selalu habis di tanggal muda. Kenapa? Karena dia nggak punya sistem untuk mengalokasikan uangnya ke "bibit" tadi. Semua uang yang masuk default-nya adalah untuk pleasure hari ini.

Kalau kamu ingin kaya, langkah pertama yang harus kamu switch adalah mengubah default alokasi uang. Setiap uang yang masuk, setidaknya 10% harus jadi hak masa depan kamu. Anggap itu sebagai pajak yang harus kamu bayar ke future self kamu. Ini bukan menabung sisa, tapi menyisihkan di awal. Ini bukan konsep baru, ini adalah kedisiplinan fundamental yang sering banget diabaikan karena godaan instant gratification itu kuat banget.

Kenapa Kebanyakan Orang Nggak Mau Investasi

Apalagi sekarang, banyak banget cara investasi yang simple dan modal kecil, mulai dari reksadana, saham fractional, sampai peer-to-peer lending. Tapi kenapa banyak yang mundur?

Merasa Ribet dan Nggak Paham: Trust me, investasi sekarang nggak serumit dulu. Banyak aplikasi yang UI/UX-nya super simple dan edukasi finansial di YouTube itu melimpah. Alasan "nggak paham" itu seringnya cuma alasan untuk menunda memulai.

Maunya Hasil Cepat (High Return Low Effort): Banyak yang pengen investasi Rp 100 ribu, besoknya jadi Rp 1 juta. Ekspektasi nggak realistis ini yang bikin banyak orang nyerah di awal, atau malah kejebak scam investasi bodong. Kekayaan itu maraton, bukan sprint.

Takut Kehilangan Uang: Ini wajar, tapi coba pikir. Kalau uang itu kamu simpan di rekening, nilainya tergerus inflasi (kenaikan harga barang-barang). Artinya, kamu tetap kehilangan uang, tapi secara perlahan dan nggak disadari. Investasi yang terukur itu justru melindungi nilai uang kamu.

Intinya di poin ini, kalau mindset kamu masih fokus spend spend spend, kamu akan selalu lari di tempat, nggak peduli seberapa besar gaji kamu. Kamu butuh mindset investasi dan akumulasi aset, bukan mindset konsumsi dan utang gaya hidup.

Alasan Kedua, Kamu Nggak Menghargai Waktu Sebagai Mata Uang Paling Berharga

Banyak orang mengira uang adalah sumber daya paling langka. Plot twist: Waktu adalah sumber daya yang jauh lebih langka, karena nggak bisa diregenerasi. Setiap detik yang kamu habiskan, itu hilang selamanya. Pertanyaannya, kamu menukar waktu berharga kamu dengan apa?

Kalau kamu menghabiskan rata-rata tiga sampai empat jam sehari untuk scrolling tanpa tujuan, main game yang nggak menghasilkan skill atau relasi, atau terlalu banyak hangout yang nggak ada value-nya, secara nggak langsung kamu sedang membuang potensi kekayaan kamu.

The Time Multiplier

Orang yang progress finansialnya cepat itu paham konsep Time Multiplier. Mereka menggunakan waktu mereka untuk melakukan hal-hal yang nilainya akan berlipat ganda di masa depan.

Contohnya:

Menghabiskan waktu untuk belajar skill baru (koding, design, copywriting, analisis data) yang bisa menaikkan gaji kamu 20% di tahun depan.

Mengalokasikan waktu untuk membangun side hustle yang suatu saat bisa jadi sumber penghasilan pasif.

Membuat jaringan ( networking ) dengan orang-orang yang bisa membuka peluang karier atau bisnis baru.

Waktu yang kamu habiskan untuk upgrading diri adalah investasi terbaik dengan return yang nggak terhingga. Sayangnya, banyak Gen Z yang terjebak di comfort zone pekerjaan 9-ke-5 dan nggak mau sedikitpun menambah beban waktu untuk belajar setelah jam kerja.

Kerja Keras Nggak Sama dengan Kerja Cerdas

Banyak yang bangga bilang, “Gue kerja keras banget, dari pagi sampai malam!” Tapi, kalau kerja keras kamu hanya menghasilkan pendapatan yang sama tiap bulan, itu artinya kamu terjebak di kerja keras ( labor ) tanpa adanya kerja cerdas ( leverage ).

Kekayaan datang dari leverage, yaitu kemampuan kamu untuk menghasilkan uang tanpa harus menukar waktu secara langsung. Contoh leverage:

Modal: Uang kamu bekerja untuk kamu (investasi).

Kode/Teknologi: Membuat software atau aplikasi yang bisa melayani ribuan orang sekaligus.

Media/Konten: Membuat artikel atau video yang terus menghasilkan traffic dan iklan bertahun-tahun kemudian.

Kalau kamu hanya mengandalkan gaji bulanan, kamu sedang menukar satu jam waktu kamu dengan sejumlah uang. Kamu nggak akan bisa kaya dengan cara itu, karena jam dalam sehari itu cuma 24 jam. Kamu harus mulai berpikir, bagaimana caranya satu jam yang gue kerjakan hari ini bisa menghasilkan uang buat gue selama sepuluh tahun ke depan?

Jadi, kalau kamu merasa belum kaya, coba audit penggunaan waktu kamu selama seminggu terakhir. Apakah mayoritas waktu kamu dihabiskan untuk input atau output? Apakah kamu sedang menciptakan aset (bisa berupa skill, jaringan, atau produk) atau hanya mengonsumsi konten? Waktu adalah modal, dan kalau modalnya habis cuma buat hal-hal yang nggak ngaruh, ya progress-nya pasti lambat.

Alasan Ketiga, Kamu Mengabaikan Kekuatan Compound Interest atau Pertumbuhan Eksponensial

Ini mungkin terdengar sedikit teknis, tapi ini adalah rahasia terbesar kekayaan, yang sering disebut sebagai keajaiban dunia ke-8 oleh Albert Einstein. Compound interest atau bunga majemuk itu sederhananya adalah: bunga yang kamu dapatkan, ikut menghasilkan bunga lagi di periode berikutnya.

Bayangkan kamu menabung dan investasi. Di tahun pertama, kamu dapat keuntungan. Di tahun kedua, keuntungan kamu dihitung dari modal awal ditambah keuntungan tahun pertama. Artinya, uang kamu bekerja untuk menghasilkan uang lebih banyak. Ini adalah pertumbuhan eksponensial yang di awal terlihat kecil, tapi semakin lama akan semakin besar.

The Power of Starting Early

Ini adalah poin yang paling relevan buat kamu yang masih muda (Gen Z). Dalam compound interest, waktu adalah partner terbaik kamu. Semakin cepat kamu memulai investasi, bahkan dengan nominal kecil, semakin besar efek bola salju yang akan kamu dapatkan.

Gue kasih ilustrasi sederhana (bukan prediksi):

Si A (Mulai Cepat): Mulai investasi Rp 500.000 per bulan dari usia 20 tahun.

Si B (Mulai Lambat): Baru mulai investasi Rp 1.500.000 per bulan dari usia 30 tahun.

Meskipun Si B menyetor uang per bulan lebih besar tiga kali lipat, saat mereka berdua pensiun di usia 55 tahun, kemungkinan besar total dana yang dimiliki Si A jauh lebih besar. Kenapa? Karena sepuluh tahun pertama adalah waktu paling krusial buat modal Si A untuk bekerja dan menggulung bunganya secara eksponensial, sebelum Si B bahkan mulai.

Kalau kamu mengabaikan compound interest hari ini, kamu sedang merampok diri kamu sendiri di masa depan. Kamu nggak cuma kehilangan potensi keuntungan dari uang yang kamu simpan, tapi kamu juga kehilangan potensi keuntungan dari bunga atas bunga yang seharusnya kamu dapatkan.

Inflasi Adalah Musuh Compound Interest yang Kamu Abaikan

Saat ini, laju inflasi di Indonesia (berdasarkan data valid dari BPS) bergerak di kisaran 2-4%. Kalau uang kamu cuma didiamkan di bawah bantal atau di rekening tabungan biasa yang bunganya nggak sampai 1% per tahun, secara nyata, nilai kekayaan kamu berkurang 1-3% setiap tahun.

Misalnya, harga makanan favorit kamu hari ini Rp 20.000. Dengan inflasi 3%, tahun depan harga itu sudah jadi sekitar Rp 20.600. Kalau uang kamu cuma diam, artinya dengan jumlah uang yang sama, kamu nggak bisa beli makanan yang sama tahun depan.

Mengabaikan compound interest berarti kamu membiarkan inflasi mengikis kekayaan kamu secara diam-diam. Investasi di instrumen yang return-nya lebih tinggi dari inflasi (seperti reksadana atau saham blue chip yang pergerakannya cenderung stabil dalam jangka panjang) adalah cara kamu membalikkan keadaan. Kamu bukan lagi lari dari inflasi, tapi kamu membiarkan uang kamu bekerja lebih keras dari inflasi.

Jangan pernah berpikir, “Ah, uang gue kan cuma sedikit, buat apa investasi?” Justru karena uang kamu masih sedikit, kamu butuh kekuatan penggandaan dari compound interest untuk mencapai jumlah yang signifikan.

Jadi, Apa yang Perlu Kamu Lakukan Sekarang

Kita sudah bahas tiga alasan fundamental kenapa progress finansial kamu mungkin terasa lambat:

Mindset masih di mode konsumsi.

Mengabaikan waktu sebagai aset paling berharga.

Lupa kekuatan compound interest dan bahaya inflasi.

Nggak ada kata terlambat untuk reset. Mulai dari langkah kecil yang konsisten. Nggak perlu langsung all-in.

Automasi Tabungan/Investasi: Saat gajian datang, langsung transfer porsi investasi (minimal 10%) ke rekening terpisah, atau lebih bagus lagi, ke akun investasi. Anggap aja uang itu nggak pernah ada di rekening kamu.

Audit Waktu: Coba track satu minggu pemakaian gadget kamu. Identifikasi waktu mati (dead time) yang bisa kamu gunakan untuk belajar skill yang in demand. Ikut online course, baca buku digital, atau dengerin podcast sambil bersih-bersih.

Edukasi Finansial: Stop cari review make up atau game baru terus-terusan. Switch sebentar untuk baca artikel valid (kayak di sini, ardipedia.com!) atau tonton video yang menjelaskan cara kerja saham, reksadana, atau dana pensiun.

Kekayaan itu bukan destination yang kamu capai sekali jalan, tapi kebiasaan harian yang kamu bangun secara konsisten. Semua orang, termasuk kamu, punya potensi untuk merdeka secara finansial. Kamu cuma butuh switch pola pikir dan mulai ambil tindakan nyata hari ini, bukan besok. Semangat!

image source : Unsplash, Inc.

Gas komen di bawah! Santai aja, semua komentar bakal kita moderasi biar tetap asyik dan nyaman buat semua!

Lebih baru Lebih lama
ardipedia

نموذج الاتصال