ardipedia.com – Coba deh kita lihat di sekitar. Kalau ada bayi atau anak kecil, otomatis nada suara kita naik, volume jadi lebih pelan, dan tiba-tiba kita pakai kata-kata yang nggak jelas, kayak "cucu-cucu cuuu" atau "dede maem yuuuk." Fenomena ini kita kenal sebagai baby talk atau motherese. Nggak bisa dipungkiri, baby talk itu gemesin banget dan ngasih vibe sayang. Tapi, ada satu hal yang sering kita nggak sadar: kebiasaan ini ternyata bisa nggak efektif kalau diterusin terlalu lama, apalagi kalau kita pengen anak kita cepat tanggap dan ngerti komunikasi yang bener.
Tujuan kita sebagai orang tua itu kan ngajarin anak buat mandiri dan ngerti dunia nyata. Nah, dunia nyata itu nggak pakai baby talk. Komunikasi yang efektif adalah kunci buat ngembangin skill sosial, kognitif, dan bahasa anak. Kalau kita selalu bicara dengan nada yang disederhanakan dan bahasa yang nggak lengkap, kita secara nggak sengaja malah nunda proses belajar mereka. Kita nggak sedang bicara soal anak jadi dewasa sebelum waktunya, lho. Tapi, kita bicara soal ngasih mereka tools komunikasi yang valid dan ngena sejak dini. Kalau gue lagi mau bikin website, gue nggak mungkin pakai bahasa pemrograman yang ketinggalan zaman, kan? Sama, buat komunikasi, kita harus ngasih update bahasa yang paling fresh ke anak.
Kenapa Baby Talk Itu Punya Batasan Waktu
Baby talk itu memang punya peran penting di awal banget, terutama buat bayi. Nada suara yang tinggi dan irama yang berlebihan itu bagus buat narik perhatian bayi dan ngajarin mereka buat ngerti ritme bicara. Ini bisa ngebantu bonding emosional antara orang tua dan bayi. Tapi, efek positif itu ada batasnya.
Saat anak udah mulai gede dan ngerti kata-kata, sekitar usia 1 sampai 2 tahun, mereka lagi ada di fase kritis buat nyerap bahasa. Mereka kayak spons, ngenyot semua kata dan struktur kalimat yang mereka denger. Kalau yang mereka denger itu cuma kata-kata yang dipendek-pendekkin dan tata bahasa yang nggak jelas, ya itu yang akan mereka ikutin. Dampaknya, perkembangan bahasa mereka bisa jadi terhambat atau nggak seakurat yang seharusnya. Anak bisa jadi kesulitan buat ngomong dengan kalimat yang utuh dan nggak gampang ngerti instruksi yang kompleks. Kita harus sadar, tujuan utama kita berkomunikasi sama anak itu buat ngajarin mereka berbicara dengan bener.
Bicara Sama Rata Bukan Berarti Bicara Kasar
Taktik bicara sama rata itu nggak berarti kamu harus ngomong sama anak pakai bahasa yang kaku, galak, atau terlalu formal kayak lagi meeting. Justru, bicara sama rata itu berarti kita ngomong sama anak dengan bahasa dewasa yang jelas, lengkap, dan penuh kasih sayang. Kita ngajak mereka ngobrol dua arah sebagai individu yang utuh, meskipun usianya masih kecil.
Ini beberapa hal yang harus kita perhatikan saat menerapkan taktik ini:
Pertama, Gunakan Tata Bahasa yang Benar dan Lengkap. Stop pakai kata-kata kayak "ciyu-ciyu," "maem," atau "bobok." Ganti dengan kata-kata aslinya: "minum," "makan," atau "tidur." Susun kalimat yang utuh, misalnya, jangan cuma bilang "Mau ini?" tapi bilang, "Adik mau minum susu atau air putih?" Ini ngasih input bahasa yang bener dan ngajarin anak buat ngerti struktur kalimat.
Kedua, Perkaya Kosakata Mereka. Jangan nganggap anak nggak akan ngerti kata-kata yang agak sulit. Justru, saatnya kita ngasih mereka kata-kata baru. Kalau anak bilang, "Bola aku gede," kita bisa jawab, "Iya, bola kamu besar sekali, warnanya merah ya?" Kita ngulang kata mereka sambil ngasih tambahan kosa kata baru. Ini namanya scaffolding bahasa, dan ini efektif banget.
Ketiga, Nada Bicara Tetap Ramah dan Lembut. Nada suara kita itu penting banget. Kita nggak perlu naikin suara kita jadi kayak chipmunk atau memanjangkan vokal nggak jelas. Cukup ngomong dengan nada yang hangat, jelas, dan sedikit lebih lambat dari biasanya, tapi nggak berlebihan. Ini ngebantu anak fokus sama kata-kata yang kita ucapin, nggak cuma fokus sama nada yang lucu.
Kesalahan Menganggap Anak Belum Paham Konsep Sulit
Salah satu alasan orang tua pakai baby talk atau bahasa yang terlalu sederhana adalah karena nganggap anak belum akan ngerti konsep yang agak sulit atau emosi yang kompleks. Padahal, anak-anak jauh lebih pinter dari yang kita bayangin. Kita cuma perlu ngemas penjelasannya dengan bahasa yang jelas dan nyambung.
Misalnya, kalau ada kucing peliharaan yang mati, kita nggak perlu bilang "Kucingnya pergi jauh, bobo selamanya, nanti datang lagi." Itu malah bikin anak bingung dan nggak ngerti konsep kehilangan. Lebih baik kita ngomong jujur tapi lembut: "Kucing kita sudah meninggal. Itu artinya dia nggak bisa main lagi sama kita, dan kita nggak akan ngelihat dia lagi. Mama/Papa tahu kamu sedih, Mama/Papa juga sedih." Ini ngajarin anak buat ngerti emosi dan konsep hidup-mati yang realistis.
Dengan ngajak anak ngobrol tentang hal-hal yang nggak biasa, kita lagi ngembangin kemampuan kognitif dan problem-solving mereka. Mereka akan belajar menyusun argumen, mengungkapkan opini, dan mengolah informasi yang kompleks. Ini adalah bekal yang nggak ternilai harganya buat masa depan mereka.
Bicara Sama Rata Itu Kunci untuk Respect dan Kepercayaan
Taktik bicara sama rata itu pada dasarnya adalah bentuk respect kita ke anak sebagai individu yang berharga. Saat kita ngajak mereka ngobrol dengan bahasa yang bener, itu ngasih pesan ke mereka kalau kita serius nganggep pikiran dan perasaan mereka. Ini akan ngebangun fondasi kepercayaan yang kuat.
Anak yang merasa dihargai dalam komunikasi akan lebih terbuka dan nggak takut buat ngomong tentang masalah atau perasaan mereka. Mereka nggak akan ngerasa direndahin atau dianggap nggak ngerti. Ini penting banget, apalagi nanti saat mereka remaja, di mana komunikasi terbuka sama orang tua itu seringkali jadi tantangan besar. Kalau dari kecil kita udah ngajak mereka ngobrol setara, nggak dengan nada yang menggurui, mereka akan terbiasa buat nganggap kita sebagai teman ngobrol yang reliable.
Cara Praktis Menerapkan Taktik Bicara Sama Rata
Ini beberapa taktik yang bisa kamu aplikasiin sehari-hari buat ngurangin baby talk dan ngaktifin komunikasi sama rata:
Tatap Mata Mereka (Sejajar): Saat ngomong sama anak, coba jongkok atau duduk biar posisi mata kamu sejajar sama mata mereka. Ini ngasih vibe kalau kamu nggak sedang nguasain atau ngasih perintah dari atas, tapi kamu hadir dan siap dengerin mereka sebagai teman ngobrol.
Gunakan Descriptive Language: Ganti kata sifat yang nggak jelas. Jangan cuma bilang "Bagus," tapi bilang, "Lukisan kamu indah sekali, kamu pilih warna hijau yang cerah ya?" Ini ngajarin mereka kosa kata yang lebih kaya dan ngasih validasi yang lebih spesifik.
Ulangi dengan Koreksi yang Soft: Kalau anak ngomong salah secara tata bahasa, nggak perlu langsung negur. Cukup ulangi kalimat mereka dengan versi yang bener. Misalnya, anak bilang, "Mama, aku mau mainan itu dibeliin." Kamu jawab, "Oh, kamu mau Mama belikan mainan itu? Bukan 'dibeliin', tapi 'belikan'." Koreksi ini harus santai dan nggak bikin anak ngerasa dipermalukan.
Ajukan Pertanyaan Terbuka: Jangan cuma tanya yang jawabannya iya atau nggak. Tanya, "Kenapa kamu milih mainan ini daripada yang itu?" atau "Menurut kamu, kenapa kucing itu nggak mau makan?" Pertanyaan terbuka ini maksa anak buat mikir, menyusun kalimat yang kompleks, dan ngasih opini mereka.
Baca Buku dengan Ekspresi Normal: Saat bacain buku cerita, stop pakai suara yang terlalu dibuat-buat atau dramatis. Baca dengan nada yang mengalir, jelas, dan ngajak anak ngebayangin ceritanya. Ini ngajarin mereka ritme dan intonasi bahasa yang bener.
Dampak Positif Jangka Panjang Komunikasi Sama Rata
Taktik bicara sama rata ini punya impact yang nggak main-main buat masa depan anak. Anak-anak yang dibesarkan dengan komunikasi yang respectful dan kaya bahasa cenderung:
Punya Skill Komunikasi yang Lebih Baik: Mereka nggak canggung buat ngomong di depan umum, ngerti instruksi yang kompleks, dan bisa menyampaikan ide mereka dengan jelas.
Kemampuan Baca dan Tulis yang Lebih Cepat: Karena input bahasa yang mereka terima sudah lengkap sejak dini, mereka akan lebih gampang buat nguasain kemampuan membaca dan menulis.
Punya Self-Esteem yang Kuat: Mereka ngerasa dihargai sebagai individu, yang ngebangun rasa percaya diri dan harga diri yang kuat.
Lebih Empati: Dengan diajak ngobrol tentang emosi dan perspektif orang lain, mereka akan lebih sensitif dan ngerti perasaan orang lain.
Ini semua adalah tools yang nggak bisa digantikan buat mereka sukses di sekolah, di pertemanan, sampai nanti di dunia kerja. Kita nggak sedang buru-buru ngubah anak jadi dewasa, tapi kita lagi ngasih mereka modal terbaik buat ngadepin dunia.
Mengubah kebiasaan dari baby talk ke taktik bicara sama rata itu butuh waktu dan kesadaran yang konsisten. Nggak masalah kalau sesekali kamu kelepasan pakai nada gemesin saat anak lagi manja. Itu manusiawi. Yang penting adalah mayoritas komunikasi kita dengan anak harus efektif dan respectful.
Kita harus ingat, anak kita nggak cuma belajar ngomong dari kita, tapi mereka belajar jadi manusia dari cara kita ngomong sama mereka. Dengan ngajak mereka ngobrol setara, kita ngajarin mereka value yang nggak ternilai: respect, keterbukaan, dan kepercayaan. Mari kita fokus buat ngasih input bahasa yang kaya, yang ngebantu mereka tumbuh jadi individu yang pinter dan ngerti diri mereka sendiri.
image source : Unsplash, Inc.