Punya Anak Remaja? Ini Cara Ngobrol Biar Mereka Gak Tutup Diri

ardipedia.com – Halo, guys! Kamu pernah nggak sih ngerasa anak kamu yang tadinya bawel dan suka cerita, tiba-tiba jadi pendiam dan lebih banyak menghabiskan waktu di kamar? Kamu tanya, "Gimana sekolahnya?" Mereka jawab singkat, "Baik." Kamu tanya, "Lagi dekat sama siapa?" Mereka jawab, "Enggak ada." Rasanya gemes dan khawatir, ya kan? Padahal, kita pengen banget tahu dunia mereka, tapi kok rasanya kayak ada tembok besar di antara kita. Tenang, kamu nggak sendirian kok. Punya anak remaja itu memang penuh tantangan. Fase ini adalah saat mereka lagi cari jati diri dan berusaha mandiri, makanya mereka sering menutup diri. Tapi, jangan putus asa dulu. Gue mau ajak kamu buat lihat komunikasi dari sudut pandang yang beda dan kasih tips-tips jitu biar kamu bisa "menembus" tembok itu.

Kenapa Anak Remaja Sering Menutup Diri?

Sebelum kita bahas triknya, kita harus pahami dulu kenapa mereka seperti itu. Remaja itu lagi berada di fase transisi. Mereka lagi berjuang buat punya identitas sendiri, lepas dari bayang-bayang orang tua. Mereka juga lagi sensitif banget sama kritik, pengen dihargai, dan pengen punya privasi. Mereka butuh ruang buat jadi diri mereka sendiri. Makanya, kalau kita datang dengan cara yang salah—misalnya, terlalu banyak menginterogasi atau terlalu banyak mengkritik—mereka jadi merasa tertekan dan memilih buat menutup diri. Intinya, mereka butuh kita, tapi dengan cara yang beda.

Jurus 1: Jangan Langsung Interogasi, Ajak Ngobrol Santai

Ini jurus paling penting. Jangan langsung datangi mereka dengan rentetan pertanyaan yang bikin mereka kayak lagi diinterogasi polisi. Mulai dengan hal-hal yang ringan dan santai. Misalnya, kamu bisa ajak mereka nonton film bareng di ruang keluarga, atau nonton serial favorit mereka. Setelah itu, kamu bisa ajak ngobrol tentang filmnya. "Menurut kamu, kenapa ya karakter itu ngelakuin hal itu?" atau "Bagian mana yang paling kamu suka?" Dengan begitu, mereka jadi lebih nyaman dan nggak merasa tertekan.

Kamu juga bisa ajak mereka ngobrol di mobil. Ini jurus jitu yang sering banget berhasil. Saat di mobil, kamu nggak perlu kontak mata terus-terusan, jadi mereka nggak merasa canggung. Kamu bisa ngobrol tentang apa pun, entah itu musik yang lagi diputar atau hal-hal yang lagi viral. Ini bikin mereka merasa kamu bukan cuma orang tua, tapi juga teman ngobrol yang asik.

Jurus 2: Pahami Dunia Mereka dan Pakai Bahasa Mereka

Dunia anak remaja sekarang beda banget sama dunia kita dulu. Mereka besar dengan internet, media sosial, dan tren-tren yang cepat banget berubah. Daripada kamu ngejudge atau melarang, mending coba pahami dunia mereka. Cari tahu game yang lagi mereka mainkan, atau influencer yang lagi mereka ikuti. Dengan begitu, kamu bisa pakai bahasa mereka.

Misalnya, kalau mereka lagi heboh bahas gamer tertentu, kamu jadi bisa nyambung. Kamu bisa tanya, "Wah, dia jago banget ya main game ini? Kamu belajar dari dia?" Dengan begitu, mereka jadi merasa kamu relatable dan ngertiin mereka. Ini bikin tembok di antara kalian jadi runtuh.

Jurus 3: Validasi Perasaan Mereka

Remaja itu sensitif banget. Mereka butuh perasaan mereka divalidasi. Jangan langsung bilang, "Ah, gitu aja kok sedih?" atau "Udah, nggak usah dipikirin!" Kalimat-kalimat ini malah bikin mereka merasa perasaannya nggak penting. Coba ganti dengan kalimat yang memvalidasi. Misalnya, "Papa/Mama tahu kamu lagi sedih karena nggak bisa ikut acara itu. Nggak apa-apa kok kalau sedih."

Dengan begitu, mereka merasa didengar dan dipahami. Mereka tahu kalau kamu ada di pihak mereka. Ini ngebangun rasa percaya dan bikin mereka jadi lebih terbuka sama kamu. Mereka jadi nggak takut buat cerita tentang masalah mereka, karena mereka tahu kamu akan dengerin mereka tanpa menghakimi.

Jurus 4: Kasih Kepercayaan dan Ruang

Remaja itu lagi butuh banget kepercayaan. Mereka pengen kita tahu kalau mereka udah dewasa dan bisa ngambil keputusan sendiri. Kamu bisa ngasih kepercayaan itu dengan ngasih mereka ruang. Biarkan mereka ngambil keputusan kecil, misalnya, mau pakai baju apa buat pergi atau mau nonton film apa. Jangan terlalu banyak mengontrol atau mengintervensi.

Tentu saja, kamu tetap harus pantau dan awasi, tapi jangan jadi "mata-mata." Sampaikan kalau kamu percaya sama mereka, tapi kamu juga akan selalu ada di sana kalau mereka butuh bantuan. Percayalah, kepercayaan itu kayak investasi. Semakin banyak kamu kasih, semakin besar keuntungannya. Mereka akan jadi lebih bertanggung jawab dan lebih terbuka sama kamu.


 

Jurus 5: Jadilah Pendengar, Bukan Pemberi Solusi

Saat anak remaja kamu cerita masalahnya, jangan langsung ngegas ngasih solusi. Misalnya, saat mereka cerita lagi berantem sama teman, jangan langsung bilang, "Udah, kamu bilang aja ke dia begini-begini." Lebih baik, jadi pendengar yang baik dulu. Tanya, "Terus menurut kamu gimana?" atau "Kamu pengen ngelakuin apa sekarang?"

Dengan begitu, kamu ngajarin mereka buat mikir dan nyari solusi sendiri. Ini ngebangun skill mereka buat memecahkan masalah. Kamu jadi bukan cuma pemberi solusi, tapi juga teman diskusi. Dan saat mereka berhasil nyelesaiin masalah mereka sendiri, mereka bakal jadi lebih percaya diri dan bangga sama diri sendiri.

Jurus 6: Ajak Mereka Lakukan Kegiatan Seru Bareng

Komunikasi itu nggak melulu soal ngobrol. Komunikasi itu juga bisa terbangun dari aktivitas bareng. Ajak anak remaja kamu ngelakuin hal-hal yang mereka suka. Misalnya, main game bareng, olahraga bareng, atau nonton konser bareng. Momen-momen ini bisa jadi waktu yang pas buat ngobrol santai dan lepas dari tekanan.

Kamu bisa bilang, "Eh, akhir pekan ini kita main game bareng yuk!" atau "Gimana kalau kita maraton film superhero?" Momen ini bisa jadi jembatan buat kamu masuk ke dunia mereka. Kamu jadi bukan cuma orang tua yang ada di rumah, tapi juga teman yang bisa diajak seru-seruan.

Jurus 7: Jangan Anggap Remeh Masalah Mereka

Bagi kita, masalah anak remaja mungkin kelihatan sepele. Misalnya, cuma gara-gara nggak bisa beli skin di game. Tapi, bagi mereka, itu bisa jadi masalah besar. Jangan pernah meremehkan perasaan atau masalah mereka. Dengerin dengan serius, dan tanggapi dengan empati.

Kamu bisa bilang, "Papa/Mama tahu kamu pengen banget punya skin itu. Memang harganya mahal, ya. Kita cari cara lain, yuk, biar kamu bisa nabung buat beli itu." Dengan begitu, mereka tahu kalau masalah mereka itu penting buat kamu. Ini ngebangun hubungan yang kuat dan penuh rasa saling menghargai.

Kesimpulannya,

Punya anak remaja yang menutup diri itu memang bikin khawatir. Tapi, jangan menyerah. Dengan jurus-jurus ini, kamu bisa mengubah hubungan kamu dari yang tadinya kaku jadi tim yang solid. Kuncinya adalah sabar, tulus, dan mau belajar. Jadilah teman buat mereka, tapi juga tetap jadi orang tua yang bisa mereka andalkan. Karena pada akhirnya, yang paling mereka butuhkan itu bukan orang tua yang sempurna, tapi orang tua yang selalu ada dan bisa ngertiin mereka.


image source : iStock

Gas komen di bawah! Santai aja, semua komentar bakal kita moderasi biar tetap asyik dan nyaman buat semua!

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال