Tren Iklan Medsos : Ubah Scroll Jadi Cuan Cuma dengan Video Pendek

ardipedia.com – Pernah nggak sih kamu lagi asyik-asyik scrolling Reels atau TikTok, terus tiba-tiba ada iklan yang lewat tapi rasanya nggak kayak iklan? Malah bikin penasaran, eh nggak sadar udah nge-klik ‘Shop Now’. Kalau pernah, selamat, kamu baru saja menyaksikan keajaiban dari format iklan pendek yang lagi jadi primadona di tahun 2025 ini. Zaman sekarang, dunia media sosial itu udah kayak pasar malam super ramai. Semua orang teriak-teriak nawarin dagangannya, semua lampu kelap-kelip berebut perhatian. Di tengah keramaian itu, kalau iklan kamu masih pakai cara lama—misalnya poster digital yang kaku atau video panjang yang bertele-tele—ya siap-siap aja dicuekin.

Perilaku kita sebagai pengguna medsos emang udah berubah drastis. Kita pengen semua yang serba cepat, instan, dan menghibur. Rentang perhatian kita, jujur aja, udah makin pendek. Kalau dalam tiga detik pertama nggak ada yang menarik, jari kita udah otomatis nge-swipe ke konten berikutnya tanpa ampun. Inilah kenapa iklan video pendek bukan lagi sekadar tren, tapi udah jadi kunci utama buat bertahan dan menang di pertarungan media sosial. Ini bukan cuma soal motong durasi video, tapi soal mengubah cara kita berpikir dan bercerita. Gimana caranya ngemas pesan yang nampol dalam waktu kurang dari semenit? Gimana caranya bikin orang berhenti scroll dan kepo sama produk kamu?

Algoritma platform kayak Instagram, TikTok, dan YouTube pun seolah-olah ngasih restu. Mereka lebih suka nyodorin konten video pendek yang seru karena tau itulah yang bikin pengguna betah. Jadi, kalau iklanmu bisa berbaur dan ngikutin irama permainan mereka, jangkauannya bisa lebih luas. Artikel ini bakal jadi teman ngobrol kamu buat ngebongkar semua tentang tren iklan media sosial di tahun 2025, khususnya format-format pendek yang terbukti ampuh menghasilkan konversi. Yuk, kita gali lebih dalam gimana caranya ngubah durasi yang singkat jadi cuan yang berlipat.

Kenapa Sih Iklan 'Ceper' (Cuma Sebentar) Ini Jadi Andalan?

Fenomena TikTok dan Reels yang meledak itu bukan tanpa sebab. Ini semua karena kebiasaan kita udah ganti. Coba deh kita renungin bareng-bareng. Pertama, seperti yang disinggung tadi, rentang perhatian kita makin pendek. Kalau dulu kita masih sabar nonton video penjelasan produk selama 5 menit, sekarang? Tiga detik pertama itu harga mati. Kalau nggak ada ‘ledakan’ di awal, yaudah, wassalam. Iklan pendek memaksa para pengiklan buat nggak basa-basi, langsung ke intinya, dan ngasih ‘sesuatu’ yang berharga di detik-detik awal.

Kedua, kita semua ini adalah kaum mobile-first. Hampir semua aktivitas medsos kita lakuin lewat layar hape yang digenggam. Format video vertikal yang memenuhi seluruh layar itu rasanya pas banget, bikin kita terhanyut di dalam kontennya. Beda banget sama video horizontal yang bikin kita harus muter-muter hape. Iklan pendek vertikal ini didesain sempurna buat cara kita mengonsumsi konten: sambil nunggu ojek, di sela-sela kerja, atau pas lagi rebahan.

Ketiga, algoritma itu pintar. Mesin di balik Instagram dan TikTok tau kalau video pendek yang seru itu dapet banyak interaksi—like, komen, share, bahkan ditonton berulang-ulang. Jadi, mereka bakal lebih memprioritaskan konten semacam ini, termasuk iklan yang formatnya mirip. Makin banyak yang suka sama iklanmu, makin semangat juga si platform buat nyebarin iklan itu ke lebih banyak orang yang mirip sama audiens kamu. Ibaratnya, kamu dapet promosi gratis dari platformnya.

Terakhir, ini soal kemampuan bercerita kilat. Iklan pendek ngajarin kita buat jadi pencerita yang efisien. Nggak perlu narasi panjang, cukup satu momen puncak, satu pertanyaan menggelitik, atau satu visual yang ‘wah’. Pesan jadi lebih gampang nempel di kepala. Selain itu, proses produksinya juga cenderung lebih cepat dan murah. Ini ngasih kita keleluasaan buat banyak bereksperimen. Bisa bikin beberapa versi iklan sekaligus buat diadu, mana yang paling disukai penonton. Di dunia yang trennya ganti tiap minggu, kemampuan buat beradaptasi secepat ini penting banget.

Oke, Jadi Iklan Model Apa Aja yang Gacor?

Meskipun namanya "iklan pendek", gayanya bisa macem-macem. Kamu bisa pilih mana yang paling cocok sama brand dan tujuanmu.

Yang paling utama dan nggak bisa diganggu gugat adalah Iklan Video Vertikal di Reels, Shorts, dan TikTok. Ini format paling juara. Video dengan rasio 9:16 ini bener-bener ngambil alih seluruh layar hape, bikin penonton fokus penuh. Durasinya idealnya sih 15 sampai 30 detik. Kuncinya ada di tiga detik pertama yang harus langsung ‘nangkep’ mata. Bisa pakai visual yang kagetin, pertanyaan yang bikin mikir, atau musik yang lagi viral. Setelah itu, langsung tunjukkin masalah dan gimana produkmu jadi pahlawan super yang nyelesain masalah itu. Jangan lupa kasih liat cara kerja produknya dan tutup dengan ajakan bertindak yang jelas. Potensinya buat dapet konversi tinggi banget karena formatnya terasa alami, nggak kaku kayak iklan tradisional.

Selanjutnya ada Iklan Carousel yang Disisipin Video. Di Instagram atau Facebook, kamu bisa bikin iklan geser-geser yang isinya campuran antara foto dan video pendek. Triknya, taruh video di kartu pertama buat jadi penarik perhatian. Begitu orang berhenti karena videonya, mereka bakal penasaran buat ngegeser ke kartu-kartu berikutnya yang bisa berisi foto detail produk, varian warna, atau info harga. Format ini cocok banget buat jualan produk fesyen atau apapun yang punya banyak variasi.

Jangan lupakan juga Iklan Story yang Interaktif. Meskipun udah lama ada, Instagram dan Facebook Stories tetap jadi tempat yang ampuh. Kelebihannya ada di stiker-stiker interaktif. Kamu bisa pakai stiker polling, kuis, atau tanya jawab buat ngajak audiens main-main. Interaksi kecil ini bisa membangun kedekatan sebelum kamu minta mereka buat swipe up atau klik stiker tautan. Karena sifatnya yang cuma 24 jam, Stories cocok banget buat ngasih info promo kilat atau penawaran terbatas yang bikin orang gerak cepat.

Buat kamu yang jualan online, ada format namanya Collection Ads. Ini kayak punya etalase mini di dalam iklan. Di bagian atas ada video utama yang menarik, dan di bawahnya langsung ditampilin katalog beberapa produk terkait. Jadi, pas orang tertarik sama video serum wajahmu, mereka bisa langsung liat produk krim pagi dan malamnya di bawah tanpa harus keluar dari aplikasi. Ini bener-bener mempermudah proses belanja dan ngurangin drama calon pembeli yang keburu males karena harus klik sana-sini.



Resep Rahasia Bikin Iklan Pendek yang Bikin Orang Berhenti Scroll

Bikin iklan pendek itu kayak bikin sambel. Bahannya sederhana, tapi takarannya harus pas biar rasanya nendang. Setiap elemen punya peran penting.

Bahan pertama dan paling krusial adalah kaitan pancingan di tiga detik pertama. Ini adalah penentu hidup matinya iklanmu. Kalau di awal udah garing, yaudah. Kamu bisa pakai visual yang mengejutkan, misalnya adegan before-after yang dramatis. Atau pakai pertanyaan yang langsung nusuk ke masalah audiens, "Capek rambut rontok terus?". Pakai musik yang lagi ngetren juga bisa jadi cara jitu. Jangan ragu pasang teks gede-gede di layar kayak "STOP SCROLLING!" buat mencuri perhatian.

Resep kedua, pesannya harus jelas dan singkat. Buang semua informasi yang nggak perlu. Fokus aja sama satu manfaat terbesar atau satu solusi paling keren yang ditawarin produkmu. Biarkan gambar dan video yang bicara lebih banyak, teks cuma sebagai pendukung. Anggap aja kamu cuma punya waktu 15 detik buat ngejelasin produkmu ke orang asing di dalam lift, apa satu hal yang paling penting yang harus dia tau?

Selanjutnya, demonstrasi produk yang efektif. Jangan cuma ngomong, tapi tunjukkin. Kalau jualan alat masak, tunjukkin betapa gampangnya motong bawang tanpa nangis. Kalau jualan skincare, tunjukkin tekstur produknya dan hasil pemakaiannya. Visualisasi "masalah-solusi" selalu ampuh. Tunjukin muka kusam, lalu jreng! muka jadi cerah setelah pakai produkmu.

Jangan lupa juga soal identitas brand. Meskipun videonya singkat, orang harus tau kalau itu iklan dari brand kamu. Selalu selipkan logomu secara halus, entah di pojok layar atau di akhir video. Gunakan palet warna khas brand kamu. Kalau brand-mu gayanya ceria, ya pastikan video dan musiknya juga ceria. Konsistensi ini membangun pengenalan merek dalam jangka panjang.

Terakhir, dan ini jembatan menuju cuan, adalah ajakan bertindak atau Call to Action (CTA) yang kuat. Jangan bikin penonton bingung harus ngapain setelah nonton iklanmu. Beri tahu mereka dengan jelas. Tampilkan tulisan "Belanja Sekarang" di layar, sebutkan di narasi, dan tulis juga di caption iklan. Buatlah sespesifik mungkin.

Udah Bikin Iklan, Terus Gimana? Saatnya Jadi Detektif!

Bikin iklan itu baru setengah jalan. Setengahnya lagi adalah mengukur dan mengoptimalkan. Karena iklan pendek lebih gampang diproduksi, kamu punya kemewahan buat jadi ilmuwan. Lakukan A/B testing atau gampangnya, adu jago dua versi iklan yang berbeda. Coba adu dua hook yang beda, mana yang bikin orang nonton lebih lama? Coba adu dua musik yang beda, mana yang dapet lebih banyak klik? Dari eksperimen-eksperimen ini, kamu bakal nemu formula yang paling pas buat audiensmu.

Saat mengukur, jangan cuma liat angka konversi di akhir. Perhatiin juga metrik-metrik awal yang nunjukkin seberapa menarik iklanmu. Misalnya, persentase orang yang nonton videomu sampai selesai. Kalau banyak yang nonton sampai habis, itu pertanda bagus. Rata-rata waktu tonton juga penting. Kalau durasi videomu 15 detik tapi rata-rata orang cuma nonton 2 detik, berarti ada yang salah sama hook kamu.

Di sinilah pentingnya menyambungkan iklan media sosialmu dengan "CCTV" di website kamu, yaitu Google Analytics 4 (GA4). Dengan GA4, kamu bisa ngintip apa yang dilakuin orang setelah mereka nge-klik iklanmu. Apakah mereka cuma liat-liat terus pergi? Atau mereka masukin barang ke keranjang? Kamu bahkan bisa bikin daftar audiens yang spesifik, misalnya "kumpulin semua orang yang udah masukin barang ke keranjang tapi belum bayar", lalu targetin mereka lagi dengan iklan video pendek yang isinya kode diskon. Ini namanya remarketing yang presisi.

Satu lagi yang perlu diingat, jangan biarkan iklanmu jadi fosil. Orang cepet bosen. Kalau mereka liat iklan yang sama terus-menerus, lama-lama mereka bakal kebal. Jadi, rencanain buat ganti atau segerin materi iklanmu secara berkala, misalnya setiap dua atau tiga minggu.

Coba kita bayangin, gue punya temen namanya Rina, yang baru mulai bisnis skincare lokal. Dia mau naikin penjualan serumnya. Daripada pasang iklan foto serum doang, Rina mutusin buat bikin beberapa video Reels berdurasi 15-20 detik. Video pertama, dia nunjukkin transformasi kulit kusam jadi glowing. Video kedua, dia nampilin kompilasi testimoni singkat dari beberapa pelanggan pertamanya. Video ketiga, dia bikin video aesthetic yang ngejelasin satu bahan utama di serumnya. Dia jalanin ketiga iklan itu bersamaan dengan target audiens yang sama. Setelah tiga hari, Rina ngecek data. Ternyata, video transformasi before-after dapet klik paling banyak. Akhirnya, Rina matiin dua iklan lainnya dan fokus naikin budget di iklan yang paling juara itu, sambil terus nyiapin video-video baru buat dites minggu depan. Dengan cara ini, Rina nggak buang-buang uang buat iklan yang nggak efektif dan bisa terus ningkatin penjualannya.

Singkatnya, di arena media sosial sekarang ini, pilihannya cuma dua: beradaptasi atau tertinggal. Iklan video pendek bukan lagi pilihan, tapi kewajiban. Ini saatnya buat jadi lebih kreatif, lebih gesit, dan lebih pintar dalam membaca data. Mulailah bereksperimen, jangan takut salah, dan liat gimana durasi yang singkat bisa membawa dampak yang sangat besar buat bisnismu.


image source : Unsplash, Inc.  

Gas komen di bawah! Santai aja, semua komentar bakal kita moderasi biar tetap asyik dan nyaman buat semua!

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال