ardipedia.com – Punya atasan yang asik, suportif, dan inspiratif itu rasanya kayak dapat durian runtuh. Tapi, enggak semua orang seberuntung itu. Ada kalanya, kita harus berhadapan sama atasan yang toxic. Tipe atasan yang suka ngasih tekanan berlebihan, enggak menghargai kerja keras, atau bahkan sering merendahkan. Kalau kamu lagi di posisi ini, rasanya pasti enggak nyaman banget. Setiap hari kerja jadi penuh tekanan, stres, dan bikin mental kamu kena. Bertahan di lingkungan kerja yang toxic, apalagi kalau atasannya yang jadi sumber masalah, itu bisa berdampak buruk buat kesehatan mental dan fisik kamu. Kamu jadi gampang cemas, sering sakit, dan performa kerja juga pasti menurun. Tapi, resign itu bukan satu-satunya solusi. Apalagi kalau kamu sayang sama pekerjaannya atau butuh uangnya. Makanya, penting banget buat tahu gimana cara ngadepin atasan toxic tanpa harus drama dan emosi. Artikel ini bakal kasih kamu lima cara cerdas buat menghadapi atasan toxic. Tips-tips ini bukan cuma soal melindungi diri kamu, tapi juga soal gimana kamu bisa tetap profesional dan mempertahankan kewarasan kamu. Kita bakal bahas dari mulai cara bersikap sampai cara membatasi interaksi. Yuk, kita mulai dari cara yang paling dasar.
1. Jangan Ambil Hati Semua Ucapan Mereka
Atasan toxic itu sering banget ngomongin hal-hal yang bikin kita sakit hati. Mereka bisa aja merendahkan, ngasih kritik yang enggak membangun, atau bahkan membanding-bandingkan kamu sama orang lain. Kalau kamu terlalu baper, kamu bisa stres sendiri. Caranya:
Pahami, itu bukan salah kamu: Seringnya, atasan toxic itu punya masalah pribadi yang mereka bawa ke kantor. Mereka ngeluarin emosi mereka ke kamu. Pahami, itu bukan karena kamu enggak kompeten, tapi karena mereka yang punya masalah.
Filter ucapan: Jangan dengarkan semua yang mereka ucapkan. Dengerin aja bagian yang relevan sama kerjaan kamu, dan abaikan yang lainnya.
Fokus pada tugas: Alihkan fokus kamu ke kerjaan. Tunjukkan kalau kamu profesional dan bisa ngerjain tugas dengan baik, meskipun atasan kamu enggak suportif.
Cari dukungan: Ngobrol sama teman atau keluarga yang kamu percaya. Ceritakan apa yang kamu rasain. Itu bisa bantu kamu buat enggak merasa sendirian. Gue pernah, dulu ada atasan yang suka ngasih kritik pedas. Awalnya gue baper banget. Tapi, setelah gue ngobrol sama teman, gue sadar kalau atasan gue memang punya masalah komunikasi. Setelah itu, gue enggak baper lagi. Gue cuma dengerin bagian yang perlu, dan abaikan yang lain.
2. Jaga Jarak Profesional
Atasan toxic itu sering banget manfaatin kebaikan karyawannya. Mereka bisa aja minta kamu kerja lembur tanpa bayaran, atau ngasih kamu tugas di luar jam kerja. Makanya, kamu harus bisa jaga jarak profesional. Caranya:
Tentukan batasan: Tentukan batasan yang jelas antara kerjaan dan kehidupan pribadi. Jangan pernah angkat telepon kerja di luar jam kerja kalau itu enggak darurat.
Jangan terlalu dekat: Jangan terlalu dekat sama atasan kamu di luar urusan kerja. Hindari ngobrolin masalah pribadi yang terlalu mendalam.
Gunakan komunikasi formal: Gunakan komunikasi formal saat ngobrolin kerjaan. Misalnya, gunakan email, bukan chat pribadi, biar semua komunikasi tercatat.
Tolak dengan sopan: Kalau mereka minta kamu ngerjain sesuatu yang enggak wajar, tolak dengan sopan. Kamu bisa bilang, “Maaf Pak/Bu, saya enggak bisa. Saya sudah ada rencana lain.” Gue yakin, kalau kamu punya batasan yang jelas, atasan kamu akan lebih menghargai kamu. Mereka akan tahu kalau kamu orang yang profesional.
3. Dokumentasikan Semua Interaksi
Ini adalah cara yang paling efektif buat melindungi diri kamu. Dokumentasikan semua interaksi kamu sama atasan, terutama yang menyangkut tugas, deadline, dan feedback. Caranya:
Simpan email: Simpan semua email yang kamu kirim dan terima. Email itu bisa jadi bukti kalau kamu sudah ngerjain tugas sesuai perintah.
Catat semua percakapan: Kalau ada percakapan penting, catat di buku harian atau notes. Catat tanggal, waktu, dan apa aja yang diomongin.
Kirim email konfirmasi: Kalau ada percakapan lisan yang penting, kirim email konfirmasi ke atasan. Contohnya, “Terima kasih atas arahannya, Pak/Bu. Sesuai dengan pembicaraan kita tadi, saya akan mulai mengerjakan tugas A dengan deadline hari Jumat ini.”
Simpan bukti fisik: Simpan semua bukti fisik, seperti hasil kerja kamu, laporan, atau apapun yang bisa jadi bukti kalau kamu sudah kerja dengan baik. Gue pernah, dulu ada atasan yang suka ngasih tugas tanpa deadline yang jelas. Setelah itu, dia tiba-tiba marah-marah karena tugasnya belum selesai. Untungnya, gue selalu catat semua percakapan. Jadi, saat dia marah-marah, gue bisa nunjukin kalau dia enggak pernah kasih deadline yang jelas.
4. Jaga Hubungan Baik dengan Rekan Kerja
Di lingkungan kerja yang toxic, teman itu penting banget. Mereka bisa jadi sumber dukungan dan tempat buat cerita. Jaga hubungan baik sama mereka. Caranya:
Jangan gosip: Hindari gosip atau ngomongin keburukan atasan. Itu cuma bikin kamu terlihat enggak profesional.
Saling mendukung: Saling dukung satu sama lain. Kalau teman kamu lagi kena masalah sama atasan, dukung dia. Tawarkan bantuan.
Bekerja sama: Bekerja sama dengan baik. Tunjukkan kalau kamu adalah team player. Gue yakin, atasan toxic itu enggak akan bisa ngapa-ngapain kalau kamu dan tim kamu solid. Mereka akan mikir dua kali buat bikin masalah sama kalian.
5. Cari Kesempatan untuk Keluar
Kalau semua cara sudah kamu lakuin, tapi atasan kamu enggak berubah, mungkin sudah saatnya kamu mikir buat keluar. Enggak ada gunanya bertahan di lingkungan yang cuma bikin kamu sakit. Caranya:
Perbarui CV: Perbarui CV kamu dan mulai kirim lamaran.
Cari pekerjaan: Mulai cari pekerjaan lain yang lebih baik.
Siapkan dana darurat: Siapkan dana darurat buat transisi.
Ingat, kesehatan mental itu lebih penting dari apa pun. Jangan biarin atasan toxic ngerusak hidup kamu. Kamu layak dapat pekerjaan yang lebih baik.
image source : Unsplash, Inc.