ardipedia.com – Di zaman yang serba digital ini, kayaknya hampir semua brand itu punya satu jurus andalan yang sama: kolaborasi bareng influencer atau Key Opinion Leader (KOL). Gue yakin kamu juga pasti sering liat kan, di Instagram atau TikTok, ada artis, selebgram, atau kreator yang lagi promosiin sebuah produk? Ini tuh emang strategi yang paling nampol buat naikin nama brand dan bikin penjualan melejit. Tapi, memilih influencer itu nggak bisa sembarangan. Kalau salah pilih, bukannya cuan, eh malah boncos. Makanya, kamu butuh banget panduan buat milih influencer yang bener-bener pas buat brand kamu. Ini dia rahasianya!
Pertama, Tahu Dulu Kamu Mau ke Mana
Sebelum kamu mulai stalking akun influencer mana yang paling hits, kamu harus tahu dulu apa sih tujuan utama dari kampanye kamu? Ini tuh kayak kamu mau pergi, tapi belum tahu mau ke mana. Kalau tujuannya nggak jelas, pasti nyasar. Ada beberapa tujuan yang bisa kamu punya, dan tiap tujuan itu butuh influencer yang beda-beda.
Misalnya, kamu pengen meningkatkan brand awareness. Gampangnya, kamu cuma pengen orang-orang pada kenal sama brand kamu. Nah, buat tujuan ini, kamu bisa pilih influencer yang punya jangkauan luas banget. Bisa jadi mereka punya jutaan followers, dan setiap posting-an mereka bisa dilihat sama banyak orang. Anggap aja ini kayak kamu masang baliho gede di jalanan utama. Mungkin nggak semua yang liat bakal beli produk kamu, tapi mereka bakal tahu kalau brand kamu itu ada.
Atau, mungkin tujuan kamu lebih spesifik, yaitu meningkatkan penjualan. Kalau ini, kamu butuh influencer yang punya ikatan kuat sama followers-nya. Biasanya, influencer dengan jumlah followers yang nggak terlalu banyak (yang biasa kita sebut micro-influencer) itu punya engagement yang lebih intim. Followers mereka itu beneran percaya sama omongan si influencer. Jadi, pas mereka ngerekomendasiin sesuatu, audiensnya bakal gampang banget buat percaya dan akhirnya beli produk kamu. Ini tuh kayak kamu dapet rekomendasi dari teman dekat, pasti lebih gampang percaya kan?
Ada juga tujuan lain, kayak memperkenalkan produk baru atau membangun loyalitas pelanggan. Untuk memperkenalkan produk, kamu butuh influencer yang bisa bikin narasi atau cerita yang menarik tentang produk kamu. Sementara buat loyalitas, kamu bisa pilih influencer yang udah pernah kerja sama dan followers-nya udah terbiasa sama brand kamu. Dengan nentuin tujuan ini dari awal, kamu bakal lebih gampang milih influencer yang punya jurus paling ampuh buat bantu kamu.
Kedua, Paham Siapa Target Audiens Kamu
Ini hal yang paling fundamental. Kamu nggak bisa cuma lihat dari jumlah followers-nya aja. Yang lebih penting, kamu harus mastiin kalau followers si influencer itu adalah orang-orang yang kamu pengen jangkau. Misalnya, kamu jualan produk skincare yang cocok buat cewek usia 18 sampai 25 tahun. Nah, kamu harus cari influencer yang mayoritas followers-nya itu cewek-cewek di rentang usia itu, dan mereka punya minat sama skincare atau kecantikan.
Cara ceknya gimana? Kamu bisa intip data analitik si influencer (biasanya mereka punya kalau udah profesional), atau kamu bisa lihat dari komentar-komentar di posting-an mereka. Kalau komentar-komentarnya nyambung sama produk kamu, itu artinya ada potensi. Tapi kalau yang komen isinya nggak nyambung atau kayaknya bot, kamu harus hati-hati. Intinya, kamu harus tahu demografi, minat, dan kebiasaan audiens si influencer biar kamu nggak salah nargetin.
Ketiga, Pilih Influencer Berdasarkan 'Niche'
Influencer yang punya spesialisasi di bidang tertentu (kita sebut niche) itu jauh lebih kredibel daripada yang bahas semuanya. Coba pikirin deh, kamu lebih percaya mana, influencer yang ngebahas semua hal dari A sampai Z, atau influencer yang khusus bahas review gadget? Pasti yang kedua kan? Karena dia terlihat lebih ahli.
Nah, ini juga berlaku buat brand kamu. Kalau kamu jualan produk kesehatan, kerja sama dengan dokter atau praktisi kesehatan yang juga influencer bakal ngasih dampak yang lebih besar. Kenapa? Karena followers mereka itu beneran percaya dan nganggap si influencer itu sumber informasi yang valid. Kalau kamu jualan makanan, cari food blogger yang review-nya selalu jujur dan ngasih rekomendasi yang emang enak. Intinya, influencer yang fokus di satu niche itu punya komunitas yang loyal dan percaya banget sama mereka. Ini yang bikin kolaborasi kamu jadi lebih kuat.
Keempat, Kualitas Konten Itu Penting Banget
Setelah kamu nemu influencer yang pas, kamu harus cek kualitas konten yang mereka bikin. Konten yang berkualitas itu nggak cuma soal visual yang bagus, tapi juga soal narasi dan cara penyampaiannya. Pastiin konten mereka nyambung sama brand kamu. Misalnya, kalau brand kamu punya kesan yang fun dan santai, jangan pilih influencer yang gaya ngomongnya terlalu kaku.
Coba deh kamu perhatiin, apakah foto-foto mereka estetik? Apakah video yang mereka bikin punya storytelling yang menarik? Apakah caption yang mereka tulis itu bisa bikin orang betah baca? Semua hal kecil ini bakal ngaruh ke seberapa efektif pesan kamu disampein. Konten yang eye-catching dan punya karakter itu bakal bikin followers si influencer berhenti scrolling dan ngasih perhatian ke konten kamu.
Kelima, Teliti Kredibilitas dan Reputasi Mereka
Jumlah followers yang banyak itu nggak selalu jadi jaminan. Ada banyak influencer di luar sana yang punya banyak followers tapi itu hasil beli atau pakai bot. Nah, kamu harus jeli buat ngecek ini. Coba deh lihat, apakah jumlah like dan komen di posting-an mereka sebanding sama jumlah followers-nya? Kalau followers-nya jutaan tapi yang like cuma seribu, kamu harus curiga.
Selain itu, kamu juga bisa cari tahu reputasi mereka. Kamu bisa cari tahu gimana interaksi mereka sama followers-nya, atau coba tanyain ke brand lain yang pernah kerja sama sama mereka. Influencer yang punya reputasi bagus itu bakal lebih gampang ngebangun kepercayaan. Mereka juga pasti punya hubungan yang jujur sama followers-nya. Ini yang bikin followers-nya percaya dan mau ngikutin rekomendasi yang mereka kasih.
Keenam, Perhatikan 'Engagement Rate' yang Paling Penting
Kalau kamu cuma bisa milih satu hal dari semua poin ini, pilih ini: engagement rate. Ini tuh persentase seberapa banyak followers yang beneran berinteraksi sama konten yang dibuat si influencer. Anggap aja gini, lebih baik punya 10.000 followers tapi 2.000 di antaranya beneran aktif komen, like, atau share, daripada punya 1 juta followers tapi yang interaksi cuma 1.000 orang.
Engagement rate itu nunjukin seberapa kuat ikatan si influencer sama followers-nya. Kamu bisa ngitungnya dengan gampang: jumlah total like, komen, atau share dibagi jumlah followers-nya, terus dikali 100 persen. Kalau kamu mau yang lebih gampang lagi, kamu bisa pakai beberapa tools yang emang dirancang buat ngecek ini, kayak Fastmoss, kalodata, atau HypeAuditor. Tools ini bakal ngasih kamu data yang lebih akurat dan ngasih tahu apakah followers si influencer itu asli atau palsu.
Ketujuh, Sesuaikan dengan Anggaran yang Kamu Punya
Kerja sama sama influencer itu butuh modal. Tapi, kamu nggak harus langsung ngeluarin duit banyak. Kamu bisa sesuaikan dengan anggaran yang kamu punya. Influencer itu ada banyak "kelasnya", dari yang paling kecil sampai yang paling gede. Ada nano-influencer (biasanya followers-nya di bawah 10.000), ada micro-influencer (10.000 sampai 100.000), ada macro-influencer (100.000 sampai 1 juta), dan ada mega-influencer (jutaan followers).
Nah, nano dan micro-influencer itu seringkali punya engagement rate yang lebih tinggi dan biayanya lebih terjangkau. Ini bisa jadi pilihan yang pas buat kamu yang baru mau mulai. Mereka punya ikatan yang lebih personal sama followers-nya. Sebuah laporan dari Statista juga nunjukin kalau pengeluaran buat influencer marketing di Indonesia itu sampai angka yang fantastis, sekitar USD 3,92 miliar, atau sekitar Rp61,3 triliun di tahun ini. Ini bukti kalau strategi ini tuh emang penting dan banyak brand yang invest di sini. Jadi, kamu nggak usah takut buat memulai dari yang kecil dulu.
Kedelapan, Pakai 'Tools' buat Analisis Lebih Dalam
Di zaman sekarang, data itu kayak cheat code buat ngalahin kompetisi. Ada banyak tools yang bisa bantu kamu buat nemuin influencer yang pas.
Fastmoss dan kalodata: Ini tools yang sering banget dipakai buat menganalisis performa influencer, terutama di TikTok. Mereka bisa kasih kamu data soal engagement rate, demografi audiens, dan performa konten mereka.
HypeAuditor: Ini juga salah satu tools yang populer banget. Mereka punya database yang lengkap dan bisa bantu kamu buat ngecek apakah followers si influencer itu asli atau palsu.
Traackr dan Upfluence: Ini biasanya dipakai sama brand besar. Tools ini bisa bantu kamu buat nyari, ngatur, dan ngukur kampanye influencer marketing kamu.
Google Analytics dan Google Trends: Kamu juga bisa pakai tools dari Google buat tahu apa sih yang lagi rame di internet. Google Trends bisa ngasih tahu kamu topik apa yang lagi banyak dicari, jadi kamu bisa nyocokin itu sama influencer yang punya niche di topik itu.
Dengan pakai tools ini, kamu nggak lagi cuma ngandelin firasat, tapi juga ngandelin data. Ini bikin strategi kamu jadi lebih terukur dan nambahin peluang buat sukses.
Penutup
Memilih influencer itu memang nggak gampang, tapi juga nggak ribet-ribet amat kok. Kuncinya itu cuma satu: jangan asal. Kamu harus tahu dulu apa tujuan kamu, siapa target audiens kamu, dan sesuaikan sama influencer yang punya niche dan kualitas konten yang pas. Ingat, jumlah followers itu nggak sepenting engagement rate dan kredibilitas. Karena yang paling penting, kamu harus ngebangun kepercayaan sama audiens kamu.
Dengan nerapin semua tips di atas, kamu bakal bisa milih influencer yang bener-bener bisa jadi partner buat bikin brand kamu makin dikenal dan disukai. Jadikan investasi kamu di influencer marketing itu bener-bener balik modal, bahkan lebih. Jangan takut buat memulai dari yang kecil, karena di dunia digital ini, yang penting itu konsisten dan terus belajar.
image source : iStock.