ardipedia.com – Pusing nggak sih lihat anak yang cuma mau rebahan sambil main gadget? Disuruh belajar sebentar aja, alasannya seribu satu. “Aku capek,” “Aku pusing,” “Nanti aja, Ma.” Padahal, sebagai orang tua, kamu pengen banget anakmu jadi rajin dan punya masa depan yang cerah. Tapi, kok rasanya susah banget ya buat bikin mereka semangat?
Tanpa sadar, ada beberapa kebiasaan kita sebagai orang tua yang ternyata bisa jadi akar masalahnya. Bukan cuma soal "genetik" malas, tapi lebih ke lingkungan yang kita ciptakan sendiri. Anak-anak itu peniru ulung. Mereka melihat dan mencontoh apa yang kita lakukan, bukan cuma mendengar apa yang kita katakan. Jadi, kalau kamu sering mager, jangan kaget kalau anak juga ikutan rebahan.
Di artikel ini, kita bakal bedah tuntas tiga kebiasaan yang sering kita lakukan dan tanpa sadar bikin anak jadi malas belajar. Ini bukan tentang menyalahkan, tapi tentang introspeksi diri. Yuk, kita cek bareng-bareng, siapa tahu ada satu atau dua poin yang perlu kita perbaiki mulai dari sekarang.
1. Orang Tua Nggak Jadi Role Model
Kamu nggak bisa nyuruh anak buat baca buku kalau kamu sendiri setiap malam cuma nonton drama Korea. Kamu nggak bisa nyuruh anak buat belajar kalau kamu sendiri di rumah cuma main HP. Anak-anak itu belajar dari observasi. Mereka melihat, "Oh, Papa/Mama aja nggak pernah baca buku, kenapa aku harus baca buku?" atau "Mama/Papa aja santai, kenapa aku harus belajar?"
Anak itu butuh contoh, bukan cuma perintah. Kalau kamu pengen anak rajin belajar, tunjukkan kalau kamu juga punya minat yang besar dalam belajar. Misalnya, luangkan waktu buat baca buku bareng. Ajak mereka ke perpustakaan atau toko buku. Ceritakan hal-hal seru yang kamu temukan di buku atau dari pekerjaanmu. Gue inget banget, waktu kecil, gue suka banget lihat Papa gue baca koran pagi-pagi. Itu bikin gue mikir kalau membaca itu hal yang penting dan keren.
Selain itu, tunjukkan kalau kamu juga suka mencoba hal-hal baru dan belajar dari kesalahan. Saat kamu lagi gagal, ceritakan ke anak, "Papa lagi belajar bikin kue, tapi gagal nih. Nggak apa-apa, besok kita coba lagi." Ini ngajarin mereka kalau belajar itu proses yang nggak ada habisnya dan kegagalan itu normal.
2. Terlalu Fokus sama Hasil, Bukan Proses
Di dunia yang serba kompetitif, kita seringkali menuntut anak buat jadi yang terbaik. "Nilai kamu harus bagus," "Kamu harus juara lomba," "Kamu harus dapat peringkat satu." Saat anak gagal, kita kecewa. Kekecawaan ini bisa jadi beban buat anak. Mereka jadi takut buat mencoba hal baru, karena takut ngecewain orang tua. Mereka jadi malas belajar, karena mikir, "Ah, percuma kalau hasilnya nggak sempurna."
Pujian yang berlebihan juga bisa jadi bumerang. Kalau kamu cuma memuji saat anak dapat nilai bagus, mereka bakal berpikir, "Aku berharga kalau aku berhasil." Ini bikin mereka nggak punya motivasi intrinsik. Mereka cuma mau berusaha keras karena pengen dapat tepuk tangan dan sanjungan.
Coba deh, alihkan fokusmu dari hasil ke proses. Saat anak lagi ngerjain sesuatu, puji usahanya. "Mama lihat kamu kerja keras banget buat menyelesaikan PR ini, Mama bangga sama ketekunanmu." Saat mereka gagal, jangan langsung marah atau kecewa. Bilang, "Nggak apa-apa kok kalau gagal. Yang penting kamu udah berani mencoba." Ini ngajarin mereka kalau usaha itu sama pentingnya dengan hasil dan kegagalan itu adalah bagian dari proses belajar.
3. Nggak Ada Lingkungan yang Mendukung
Lingkungan di rumah itu punya peran besar banget. Kalau rumah berantakan, berisik, dan nggak ada area khusus buat belajar, anak bakal susah buat konsentrasi. Mainan di mana-mana, TV nyala terus, atau HP berdering terus-terusan, ini semua bisa bikin anak jadi gampang terdistraksi.
Coba ciptakan lingkungan yang mendukung. Sediakan satu area khusus buat belajar. Nggak harus kamar atau ruang belajar yang mewah, kok. Cukup satu sudut di ruang tamu yang tenang. Pastikan area itu rapi, bersih, dan jauh dari gangguan. Atur jadwal, misalnya, "Kita akan belajar dari jam 7 sampai jam 8 malam." Selama jam itu, matikan TV dan simpan semua gadget. Ini ngasih sinyal ke anak, kalau jam belajar itu adalah waktu yang serius.
Selain itu, tunjukkan kalau kamu juga menghargai pendidikan. Ajak mereka ke perpustakaan. Sediakan buku-buku yang menarik di rumah. Ajak mereka nonton film dokumenter atau acara TV yang edukatif. Dengan begitu, mereka jadi tahu kalau belajar itu bukan cuma soal PR dan ujian, tapi juga soal eksplorasi yang seru.
Intinya, "mager" itu bukan salah anak sepenuhnya. Ada peran kita sebagai orang tua yang tanpa sadar bikin mereka jadi malas. Dengan memperbaiki tiga kebiasaan di atas, kamu nggak cuma bantu anak jadi lebih rajin, tapi juga jadi pribadi yang lebih baik.
image source: iStock